Wednesday, February 19, 2014

Ini Pagi Ke...

Selamat Pagi.. 
       Aku mendengarkan kicauan burung pagi ini. Sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Bedanya, kicauan burung pagi ini ada di tempat yang berbeda dari biasanya. Lazimnya burung selalu sibuk mencericit merdu di pagi hari. Entah sedang bernyanyi, kelaparan, atau mungkin sedang sibuk berbincang tentang masa depan akan bangun sarang baru dimana mereka tinggal.
            Aku ga pernah tau.. 

Tuesday, February 18, 2014

Perjalanan

          Perjalanan sejatinya selalu punya sejarah dan masa depan. Tak pernah lepas dari ikatan erat sang waktu yang seolah tak mampu kita tolak kehadirannya. Terbitnya matahari di ufuk timur, hingga terbenamnya di barat akan selalu kita saksikan dari hari ke hari. Kita manusia, tak akan pernah tahu kapan keberlangsungan ini akan berakhir. Tidak! Karena manusia selalu lekat dengan keterbatasan. 
      Mengiringi bergantinya waktu, setiap peristiwa hidup akan secara alamiah membingkai sendiri apa yg telah kita lalui. Tak peduli apakah ia dalam bentuk suka ataupun duka. Meskipun keduanya harus tetap ada dan saling mengisi satu sama lain, namun tak sedikit manusia yang terkadang tak mampu bersyukur. Tak bisa dipungkiri, karena memang manusialah tempatnya segala khilaf.. 
          Khilaf yang terkadang tak disadari. Disisi lain, hal ini menguntungkan. Karena manusia sang maha pelupa akan keburukan diri sendiri tak akan frustasi bagaimana cara memaafkan dirinya sendiri. Kuyakin, tak akan. Hidupnya pasti sehat wal'afiat, seperti yang terlihat kebanyakan. Namun, mari kita lihat di sisi yang lain. Manusia yang menyadari khilafnya namun tak mampu memaafkannya. Tak lain, itu hukuman. Ketika perasaanmu dihukum oleh hujatan hatimu sendiri, aku bisa pastikan itu hukuman. Aku bukanlah penganut keyakinan bahwa karma itu patut dipercayai. Namun, dunia dan seisinya memang begini adanya. Berulang terus-menerus, refleksi rotasi bumi kemudian berevolusi bisa kita lihat di kehidupan nyata. Segala yang berawal pasti berakhir dan akan berawal kembali. Konstan. Begitu secara terus menerus. Ya, konstan. 
         Satu kata yang harus kupahami sekeras mungkin saat aku berpikir dimana letak masalahnya jika aku tak begitu paham artinya. Pikiran itu, aku akui terlalu emosional. Karena ia muncul bukan karena ada jin yang tiba-tiba ngasih PR ttg arti kata konstan. Itu karena salah satu seniorku di kampus menanyakan satu kata itu. Dan dengan spontan ia bilang "jangan tulis sesuatu yang kau ga ngerti". Satu kalimat yang cukup kuat. Cukup nyentil. Cukup buat berkaca berhari-hari, dan selalu bertanya: "Trian, sudahkah kau mengerti apa yang kau katakan selama hidupmu? Entah itu menulis, entah itu berbicara." Lalu, lihat bagaimana waktu mulai bermain disini. Flashback. Kembali ke masa lalu. Mengingat ulang. Untuk semua yang pernah terlewati. Disinilah letak awal dimana manusia mulai menyadari khilafnya dan tak mampu memaafkannya. 
Pernah baca buku karya Ajahn Brahm? 
          Salah satu biksu yang udah lama pindah dari Australia ke Thailand karena dapat pencerahan dari Buddha. Ia sering mengajarkan untuk selalu berdamai pada dirimu sendiri. Aku bukan penganut agama Buddha. Satu hal yang kusukai dari dari Ajahn Brahm adalah dia tak pernah melihat kepercayaannya adalah yang paling benar. Cukup bagus untuk mendamaikan banyak orang. Namun, ga cukup kuat untuk setia pada keyakinannya.. Bagaimana harus kukatakan tentang hidup lebih lagi? Sementara apapun belum mampu kuubah dari 0 menjadi 1. Prosesnya begitu lambat. Bukan. Bukan karena Tuhan yang melambatkan. Tapi memang karna aku terlalu bersantai, seolah memang hidupku masih lama lagi untuk tinggal di atas bumi ini. Padahal secara logika saja, semakin hari berganti maka semakin dekatlah ajal datang menjemput. 
Entah dengan cara apapun itu..

Thursday, January 2, 2014

Halimun

Tuhan sampai kapan lagi ini harus berlangsung? Halimun ini semakin sore semakin menebal.. Apakah malam akan terasa lebih panjang untuk musim ini? Masih adakah janji-janji kecerahan esok pagi, Tuhan? Apakah engkau malam ini yang berwujud kabut ini? Tipis namun tak begitu bisa terlihat, terasa.. aku hanya merasakan kesesatan luar biasa disini. Dunia mana lagi yang engkau perkenalkan padaku kali ini? Jika benar kau ada didekat sini. Rangkullah aku.